Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh parapesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.
Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar. Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem(standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Di Indonesia Dalang yang sangat terkenal merupakan Ki Manteb Soedarsono yang sudah menjadi dalang sejak ia masih kecil sampai dengan sekarang. terakhir ia mementaskan lakon "Semar Mbangunjiwo" di pelataran Museum Purna Bhakti Pertiwi-TMII-Jakarta Timur pada 19Mei2012.
Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur.
Sekarang ini pertunjukan wayang kulit sudah sangat sulit sekali di jumpai. karena banyaknya kebudayaan modern yang merusak budaya anak muda zaman sekarang yang tak lagi menghiraukan tentang budayanya. Oleh karena itu kita yang masih sadar akan kebudayaan wayang kulit ini kita harus melestarikan budaya ini agar kelak anak cucu kita dapat merasakannya.